Mengenal Kampung TKW di Garut, Hampir Semua Wanitanya Mencari Nafkah ke Luar Negeri
Mengenal Kampung TKW di Garut, Hampir Semua Wanitanya Mencari Nafkah ke Luar Negeri |
Ada yang unik dari TKI di Indonesia ini. Di Jawa Barat, tepatnya di Desa Cigadog, Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut yang dijuluki ‘Kampung TKW’. Bukan menjadi ibu rumah tangga, hampir semua wanita di desa ini mencari rezeki dengan menjadi TKW di negeri orang. Lebih jelasnya tentang kampung tersebut simak ulasannya di bawah ini.
Kebanyakan membidik negara timur tengah sebagai tujuan
Menjadi TKW seolah telah menjadi pekerjaan wajib yang tak ada matinya. Dari tahun 1980-an, Cigadog sudah memberangkatkan para perempuannya untuk merantau dan mencari penghasilan di luar daerah. Hal ini jelas karena yang terpikir hanya bagaimana bisa membantu menopang ekonomi keluarga. Setiap tahun, Garut tercatat mengirimkan TKI nya dalam jumlah ratusan orang.
Dari tahun 2009-2014, ada sekitar 500 orang asal garut yang dikirim ke Timur Tengah. Namun, jumlah tersebut kian menyusut bila dilihat dari data TKI 2015 yang hanya mencapai 200-an orang saja. Negara yang menjadi tujuan juga yang berada di Timur Tengah seperti Qatar, Oman, Yordania, serta Arab Saudi. Mengapa harus Timur Tengah? Berdasarkan penuturan pihak Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, hal tersebut terjadi karena adanya kesamaan budaya dan agama.
Menjadi TKW kadang tak selamanya menjadi pilihan tepat
Bagi warga Cigadog, berangkat menjadi TKW atau Tenaga Kerja di luar negeri adalah pilihan disaat kampung halaman mereka tidak lagi dapat memberikan penghidupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan, istri kepala desa pun pernah mengadu nasib menjadi seorang TKW. Desa Cigadog memang tidak memiliki banyak potensi penghasilan yang menjanjikan. Para warganya harus memilih menjadi buruh tani (petani sayur) bagi yang memiliki lahan, atau menjadi TKW bagi perempuannya.
Tetapi tetap saja dilemma, mengingat tak semua TKW tersebut diberangkatkan dengan cara legal, sebagian dari mereka menjadi tenaga kerja yang illegal yang tak terdata. Belum lagi masalah yang akan didapat di negara orang. Seperti yang dialami oleh Ai Sulastri Wahyuni (32), warga Garut yang dipulangkan dalam keadaan tak bernyawa. Selain masalah tersebut, TKI dan TKW yang berada di Timur Tengah juga rawan tersandung kasus dan masuk penjara hingga dihukum mati, contoh realnya saja Zaini yang mati di ujung pedang algojo Arab Saudi.
Kontrak di negeri orang selama minimal dua tahun
Cigadog berjarak sekitar 15 km dari pusat Kota Kabupaten Garut. Desa ini terletak di pelosok perbukitan dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Jika mungkin kamu berkunjung, maka dapat dipastikan sering bertemu dengan lelaki yang berperan sebagai bapak rumah tangga, karena istri mereka bekerja di luar negeri.
Para ibu rumah tangga ini setidaknya memiliki kontrak selama rata-rata dua tahun. Tapi, yang perlu kamu tahu bukan berarti lelaki tak punya kesempatan untuk menjadi TKI, sebagian juga ada yang bekerja di wilayah Asia seperti Korea, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Apakah penghasilannya memang menggiurkan sehingga menjadi incaran?
Dari uraian di atas timbul pertanyaan, apakah mereka memang mendapatkan banyak keuntungan dari bekerja di negeri orang? Seperti yang kita ketahui, jumlah tenaga kerja Indonesia di Timur Tengah ini menduduki peringkat kedua paling banyak.
Setiap orang yang mau bekerja, mereka akan mendapat pelatihan di perusahaan penyalur selama beberapa bulan. Pelatihan ini merupakan pengenalan terhadap bahasa, budaya, serta kebiasaan orang-orangnya. Mengenai upah, TKW di daerah tersebut bisa mendapat maksimal 12 juta rupiah kotor.
Ya, alasannya banyak orang yang lebih memilih ke luar negeri karena penghasilan menjanjikan. Bekerja di negeri orang memang enak jika tau caranya. Pintar-pintarlah menjaga diri dan menjadi TKI cerdas agar tak menjadi korban kekerasan, penipuan, dll.
Post a Comment